Rumah TradisionaL Juwana
Omah, griya, dalem, dalam Bahasa Indonesia berarti rumah. Rumah merupakan tempat tinggal atau hunian yang dimiliki sebuah keluarga, di mana semua harta kekayaan dan rahasia tersimpan di sana. Tak hanya sebatas sebagai tempat tinggal, sebuah rumah juga menunjukkan eksistensi pemiliknya. Orang dipandang berharta, atau biasa karena rumahnya. Namun kita tak akan membahas tentang pandangan ini. Aku ingin mengenalkan tentang rumah yang merupakan warisan dari para leluhur untuk anak cucunya. Rumah tradisional yang saat ini keberadaannya mulai menyusut.atau berkurang, karena perkembangan jaman.
Karena Juwana merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah, maka ciri rumah tradisionalnya adalah rumah berbentuk Joglo. Bagian bagian dari rumah tradisional Juwana juga sama dengan bagian bagian rumah Joglo yang ada di wilayah Jawa Tengah lainnya. Mungkin yang membedakan adalah bentuk dan bagian ruang, jenis ukiran kayu dan ukuranya.
Rumah rumah Tradisional di Juwana , keberadaannya mulai berkurang. Biasanya yang masih dipertahankan adalah rumah yang berasitektur lengkap dan masih kokoh. Selebihnya sudah banyak yang dibongkar dan diganti dengan bangunan masa kini, oleh beberapa ahli waris. Bahkan beberapa bangunan yang utuh mesti di bongkar untuk dibagi menjadi beberapa bagian tergantung jumlah anak. Ada yang dapat bagian depan, tengah dan dapur. Memang tidak bisa dipungkiri jika rumah berbentuk Joglo, bangunannya luas.
Beberapa gambaran tentang rumah tradisional Juwana yang masih bisa ditemui (kebetulan merupakan rumah dari Kakek Buyutku). Meski begitu bangunan rumah ini sudah mengalami tambahan bangunan, serta pembongkaran ruang bagian dalam.
Beberapa gambaran tentang rumah tradisional Juwana yang masih bisa ditemui (kebetulan merupakan rumah dari Kakek Buyutku). Meski begitu bangunan rumah ini sudah mengalami tambahan bangunan, serta pembongkaran ruang bagian dalam.
Di Juwana , Rumah Joglo di sebut juga rumah Pencu karena bagian atapnya tinggi menjulang. Seperti ciri bangunan Joglo lainnya, rumah ini mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari empat tiang utama (soko), yang merupakan penyangga dari midhangan yang berupa susunan kayu yang terangkai berbentuk segi empat. Bentuk susunan midhangan kian mengecil di bagian atas. Sudut sudut luar, di keempat sisi midangan bagian luar terkait kayu blandar yang merupakan pusat rangkaian penyusun kayu usuk.
Rumah Joglo Juwana terdiri atas beberapa bagian yaitu emper/emperan (teras), omah njaba (rumah depan), omah mburi (rumah bagian dalam), barong dan pawon. Rumah Joglo Juwana yang asli tidak bercat. Dibiarkan sesuai warna kayu yang sudah indah.
Ciri ciri tiap bagian ruangan:
Emper (Teras)
ambal untuk masuk ke rumah
lawang tengah yang diberi bethek
Merupakan teras rumah. Tempat untuk mencari udara segar atau sekedar duduk duduk. Bagian emper dimulai dengan ambal (tangga) sebagai jalan memasuki rumah. Antara ambal dan emper dibuat pagar penyekat yang di sebut hek.. Hek dibuat menutup emper mulai dari kiri lawang kiwa sampai bagian kanan lawang tengen. Di atas hek yang berada di samping kiri dan kanan atasnya juga di beri tebeng.
Begitu berdiri di depan emper kita akan langsung melihat tiga pintu (lawang) sebagai ciri khas rumah Joglo Juwana. Lawang kiwa, lawang tengen dan lawang tengah. Bentuk tiga pintu ini berlainan. Bagian pintu tengah biasanya luwih amba (lebih lebar) daripada dua pintu lainnya yang simetris. Agar pintu tidak menganga lebar saat dibuka, maka diberi pintu cadangan yang disebut bethek Di atas pintu tengah biasanya ada tulisan tentang nama pemilik rumah. Selain itu emper juga dilengkapi dengan lincak/mbangko (kursi panjang dari kayu).
lawang tengah dan lawang kiwa
Omah njaba (Rumah depan)
Rumah depan di bangun tanpa ada sekatan. Ada empat soko yang merupakan pilar untuk penyangga rumah.
pintu tengah dan samping yang dilihat dari dalam
Omah njaba digunakan untuk menerima tamu. Maka di sana akan dilengkapi dengan kursi dan beberapa perabot lainnya.
beberapa perabot antik
Barong
adalah ruangan untuk menyimpan hasil panen. Fungsi sekarang mungkin seperti gudang. Barong berada di sisi kiri dan kanan rumah depan. Bagian depan barong juga berpintu. Pintu ini digunakan untuk memasukkan hasil panen langsung dari latar (halaman). Jadi untuk memasukkan hasil panen tidak harus melewati ruang tamu. Tinggi barong dibuat lebih rendah dari rumah utama. Bagian depan barong dibangun sejajar dengan pintu masuk rumah depan.
barong kiwa
Omah mburi (Rumah bagian dalam)
Ciri khas tentang bagian omah mburi yaitu adanya senthong (kamar). Bagian gebyog untuk penyekat senthong di omah mburi, biasanya berupa kayu ukiran. Bangunan senthong di atur sedemikian rupa, biasanya berada di sisi kiri kanan dan di buat simetris, disebut senthong kiwo dan senthong tengen. Fungsinya sebagai peturon (kamar tidur). Sedang bagian tengah dari dua kamar yang mengapit di sebut senthong tengah. Ukurannya lebih kecil dan panjang, fungsinya untuk menyimpan harta benda. Hal lain tentang rumah Joglo Juwana adalah bentuk alas rumah atau lantai. Ada rumah yang beralas lantai biasa dan ada rumah yang beralas kayu yang disebut omah gladhag.
Rumah Joglo Juwana terdiri atas beberapa bagian yaitu emper/emperan (teras), omah njaba (rumah depan), omah mburi (rumah bagian dalam), barong dan pawon. Rumah Joglo Juwana yang asli tidak bercat. Dibiarkan sesuai warna kayu yang sudah indah.
Ciri ciri tiap bagian ruangan:
Emper (Teras)
ambal untuk masuk ke rumah
lawang tengah yang diberi bethek
Merupakan teras rumah. Tempat untuk mencari udara segar atau sekedar duduk duduk. Bagian emper dimulai dengan ambal (tangga) sebagai jalan memasuki rumah. Antara ambal dan emper dibuat pagar penyekat yang di sebut hek.. Hek dibuat menutup emper mulai dari kiri lawang kiwa sampai bagian kanan lawang tengen. Di atas hek yang berada di samping kiri dan kanan atasnya juga di beri tebeng.
hek
tebeng
tebeng dan hek yang dilihat dari dalam
Begitu berdiri di depan emper kita akan langsung melihat tiga pintu (lawang) sebagai ciri khas rumah Joglo Juwana. Lawang kiwa, lawang tengen dan lawang tengah. Bentuk tiga pintu ini berlainan. Bagian pintu tengah biasanya luwih amba (lebih lebar) daripada dua pintu lainnya yang simetris. Agar pintu tidak menganga lebar saat dibuka, maka diberi pintu cadangan yang disebut bethek Di atas pintu tengah biasanya ada tulisan tentang nama pemilik rumah. Selain itu emper juga dilengkapi dengan lincak/mbangko (kursi panjang dari kayu).
lawang tengah dan lawang kiwa
Omah njaba (Rumah depan)
Rumah depan di bangun tanpa ada sekatan. Ada empat soko yang merupakan pilar untuk penyangga rumah.
soko, midhangan, blandar dan usuk. Merupakan satu kesatuan.
soko yang terbuat dari kayu jati kuno
Pada bagian ruang inilah ciri khas bangunan Joglo yang berupa pencu dibuat. Biasanya lurus dengan keberadaan soko. Jika melihat gambar ini, maka akan terlihat midhangan. Bagian tengah yang bergambar ukiran tersebut dapat dibuka. Jika terbuka maka dari bawah akan terlihat bentuk pencu/joglo yang menjulang. Midhangan tersebut ada dua bagian yaitu kiri dan kanan. Bagian tengahnya bersekat dan berukir.midhangan
ukiran di bagian tengah midhanganmidhangan, blandar dan usuk semua terbuat dari kayu jati
Bangunan Joglo terbuat dari gebyok (kayu jati) yang kualitasnya sangat bagus (jati tuo). Pemasangannya tidak menggunakan paku, tapi terkait satu sama lain. Misalnya ketika rumah tersebut digunakan untuk pertemuan maka pintu tengah dapat di lebarkan dengan membuka bagian kiri kanannya.pintu tengah dan samping yang dilihat dari dalam
Omah njaba digunakan untuk menerima tamu. Maka di sana akan dilengkapi dengan kursi dan beberapa perabot lainnya.
ruang tamu dan perabot
Pada bagian omah njaba (rumah depan) ada dua pintu besar disebelah kiri kanan. Pintu tersebut digunakan untuk memasuki barong. pintu masuk menuju barong
beberapa perabot antik
Barong
adalah ruangan untuk menyimpan hasil panen. Fungsi sekarang mungkin seperti gudang. Barong berada di sisi kiri dan kanan rumah depan. Bagian depan barong juga berpintu. Pintu ini digunakan untuk memasukkan hasil panen langsung dari latar (halaman). Jadi untuk memasukkan hasil panen tidak harus melewati ruang tamu. Tinggi barong dibuat lebih rendah dari rumah utama. Bagian depan barong dibangun sejajar dengan pintu masuk rumah depan.
barong kiwa
pintu barong dilihat dari dalam
Omah mburi (Rumah bagian dalam)
Ciri khas tentang bagian omah mburi yaitu adanya senthong (kamar). Bagian gebyog untuk penyekat senthong di omah mburi, biasanya berupa kayu ukiran. Bangunan senthong di atur sedemikian rupa, biasanya berada di sisi kiri kanan dan di buat simetris, disebut senthong kiwo dan senthong tengen. Fungsinya sebagai peturon (kamar tidur). Sedang bagian tengah dari dua kamar yang mengapit di sebut senthong tengah. Ukurannya lebih kecil dan panjang, fungsinya untuk menyimpan harta benda. Hal lain tentang rumah Joglo Juwana adalah bentuk alas rumah atau lantai. Ada rumah yang beralas lantai biasa dan ada rumah yang beralas kayu yang disebut omah gladhag.
Pawon (Dapur)
Letaknya berada di samping omah mburi (rumah bagian dalam). Bangunannya lebih rendah dari rumah utama dan bangunan atapnya dibuat segitiga.
Hal lain tentang rumah Joglo
Untuk memasuki omah njero dari omah njoba, dan dari omah njero ke pawon (dapur) dari rumah Joglo, dibuatlah sebuah pintu yang disebut lawang butulan (pintu yang menghubungkan ruang satu dengan yang lain yang letaknya berada di dalam rumah. Pintu kamar bukan merupakan pintu butulan)
Bukan hanya bentuk bangunan yang diperhatikan dalam pembuatan rumah Joglo. Sebuah keluarga yang ingin mendirikan rumah juga harus memperhatikan beberapa kondisi. Jika dilihat dari bangunan Joglo yang besar dan menempati plomahan (area tanah) yang luas ( mungkin, ini disebabkan jaman dulu memang jumlah penduduk masih jarang), maka sebenarnya rumah Joglo juga menyatu dengan lingkungan. Pertama sebelum kita masuk ke latar (halaman rumah), kita mesti melewati regol (pintu masuk paling luar, berbatasan dengan jalan dan halaman). Di latar juga ditananami aneka bunga yang di tanam berjajar dan biasanya berada dekat ambal (tangga rumah) Dan di dekat regol di sebelah kiri dan kanan biasanya ditanami pohon yang besar Di kiri kanan rumah Joglo juga masih ada tanah kosong agar rumah tidak berdempetan dengan rumah tetangga. Lalu di bagian belakang juga masih ada tanah kosong yang di sebut ndadah. Ndadah mempunyai dua fungsi yaitu sebagai tempat untuk membuang larahan/uwoh (sampah) dan sebagian lagi untuk ditanami aneka tanaman (kebun).
Letaknya berada di samping omah mburi (rumah bagian dalam). Bangunannya lebih rendah dari rumah utama dan bangunan atapnya dibuat segitiga.
Hal lain tentang rumah Joglo
Untuk memasuki omah njero dari omah njoba, dan dari omah njero ke pawon (dapur) dari rumah Joglo, dibuatlah sebuah pintu yang disebut lawang butulan (pintu yang menghubungkan ruang satu dengan yang lain yang letaknya berada di dalam rumah. Pintu kamar bukan merupakan pintu butulan)
Bukan hanya bentuk bangunan yang diperhatikan dalam pembuatan rumah Joglo. Sebuah keluarga yang ingin mendirikan rumah juga harus memperhatikan beberapa kondisi. Jika dilihat dari bangunan Joglo yang besar dan menempati plomahan (area tanah) yang luas ( mungkin, ini disebabkan jaman dulu memang jumlah penduduk masih jarang), maka sebenarnya rumah Joglo juga menyatu dengan lingkungan. Pertama sebelum kita masuk ke latar (halaman rumah), kita mesti melewati regol (pintu masuk paling luar, berbatasan dengan jalan dan halaman). Di latar juga ditananami aneka bunga yang di tanam berjajar dan biasanya berada dekat ambal (tangga rumah) Dan di dekat regol di sebelah kiri dan kanan biasanya ditanami pohon yang besar Di kiri kanan rumah Joglo juga masih ada tanah kosong agar rumah tidak berdempetan dengan rumah tetangga. Lalu di bagian belakang juga masih ada tanah kosong yang di sebut ndadah. Ndadah mempunyai dua fungsi yaitu sebagai tempat untuk membuang larahan/uwoh (sampah) dan sebagian lagi untuk ditanami aneka tanaman (kebun).
Rumah Joglo di atas merupakan contoh dari keberadaan rumah Joglo di Juwana. Meski tidak utuh dan perabotannya tidak mewakili jaman dulu, namun kita masih bisa melihatnya berdiri hingga sekarang. Tentunya masih banyak rumah Joglo lain di Juwana yang mungkin lebih indah dan bagus kondisinya daripada rumah yang aku contohkan. Mungkin ke depan aku bisa menambahkannya lagi. Seyogyanya kita merawat dan melestarikan keberadaan rumah rumah tersebut, agar kita tak kehilangan jati diri kita sebagai orang Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar