Recent Posts :

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Memancing Gurita


Tanggal : 6 s/d 9 Oktober 2015  
Lokasi : Perairan Ujung Genteng.
Ombak : 0,5 – 2 m.
Cuaca : Pagi mendung, siang panas terik.
Arus : Sangat kuat.
Kapal : Kapten Tudin 
Cerita Singkat : Jum’at pagi saya mendapat informasi bahwa nelayan UG sedang sibuk memancing gurita. Mungkin karena di UG saat ini arus sangat kencang, ikan layur yang menjadi andalan penghasilan di ujung bulan September, menghilang entah kemana. Sebagai pemancing yang sedang belajar untuk menjadi pemancing profesional, saya persiapkan umpan gurita, peralatan pancing dasar dan langsung start setelah ba’da jum’at. Malamnya turun hujan di UG untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan, saya berharap besok bisa mancing dasar bersamaan mancing gurita.
Hari berikutnya, Sabtu 6 Oktober, kami berangkat ke laut pkl 05.30 langsung ke perairan seberang tempat penangkaran penyu untuk memasang jaring rampus sepanjang lebih kurang 800 m. Butuh waktu lebih dari 30 menit memasang jaring. Kemudian perjalanan kami lanjutkan ke perairan Ombak Tujuh untuk memancing gurita. Saya coba mancing dasar dengan umpan potongan gurita dan tembang mati, yang terpancing berkali-kali cuma ikan pogot ukuran telapak tangan, sementara tembang tetap utuh. Pukul 11.00 karena panas semakin terik dan tidak banyak gurita yang terpancing, kami putuskan mengangkat jaring. Perlu waktu lebih dari 1 jam untuk sampai spot awal karena perahu harus melawan angin. Dengan penuh harap kami angkat jaring, ternyata lebih banyak sampah plastik serta kotoran laut lainnya dibanding ikan. Dipenghujung jaring, kami hanya memperoleh 1 tongkol ukuran 1 kg dan 6 ekor ikan talang-talang serta beberapa ekor ikan kecil lainnya. Hari itu, setelah ditimbang, kami memperoleh 8,5 kg gurita yang dihargai 151 rb rupiah saja. Karena menggunakan BBM sisa hari sebelumnya, sebagai ABK saya memperoleh bagian 50 rb.
Minggul 7 Oktober cuaca mendung di pagi hari, termasuk hari kelabu bagi kami. Pkl 11.00, jaring yang dipasang dekat tempat yang sama, hanya menghasilkan ikan yang cukup untuk teman makan nasi hari itu. Sementara umpan gurita yang dibawa dari rumah, banyak tersangkut ditelan karang. Beberapa gurita yang kami dapat, habis untuk membeli BBM, yang kecil saya masukkan coollbox untuk dipamerkan ke cucu. Hasil hari itu adalah makan kenyang dengan lauk ikan dan gurita di rumah kapten.
Senin 8 Oktober, kami putuskan tidak memasang jaring, dengan kondisi air sangat kotor jaring akan tampak seperti dinding penghalang bagi ikan. Kami coba menuju spot Karang Sapi dengan harapan mendapat gurita ukuran besar. Sampai tengah hari, beberapa umpan yang tersisa akhirnya habis juga tenggelam di kedalaman laut. Total hari itu kami mendapat 11,5 kg gurita ukuran besar dan kecil dengan harga jual 227 rb. rupiah. Penghasilan itu harus dipotong BBM dan pembelian bahan baku untuk membuat umpan, akhirnya saya sebagai ABK mendapat bagian 30 rb. (Cara membuat umpan gurita Insya Allah akan saya buat thread tersendiri).  
Selasa 9 Oktober, kami mencoba spot yang dekat, hanya 5-10 menit dari pantai di kedalaman 6-30 meter. Untuk memancing gurita, perahu tidak menggunakan jangkar tapi dihanyutkan dengan menggunakan parasit sebagai penahan. Apabila gurita tidak ada atau hanyut ke tempat dalam, angkat parasit hidupkan mesin, cari lagi spot yang baru. Begitulah dilakukan terus menerus sepanjang waktu. Umpan yang kami buat malam hari sebelumnya, sampai tengah hari berhasil mengangkat 16 Kg gurita besar kecil seharga 300 rb. Setelah dipotong pembelian BBM dll sebesar 75 rb, hari itu saya mengantongi 56 rb. Siang harinya saya pulang ke Bogor, dengan hanya beberapa ekor ikan dan 3 ekor gurita di dalam coollbox. 
Pada saat mendarat, kami jumpai anak ikan lumba-lumba mati mengambang di pangkalan perahu. Mungkin terjaring oleh nelayan dan dibuang begitu saja ....... kasihan.
4 Hari di laut dengan waktu kerja lebih dari 28 jam, saya bertambah hitam,
kantong saya hanya bertambah 136 rb. rupiah, tidak cukup untuk pengganti bensin ke Bogor. Sementara itu, gurita yang kami pancing akan menjadi makanan orang-orang di kota besar Indonesia maupun luar negeri. Mereka membelinya dengan harga berlipat kali lebih mahal dibanding harga yang kami terima. Tetapi kami bangga, tidak kecewa dan tidak akan pernah putus asa berharap kepada Allah. Kesabaran dan keuletan kami memang diuji .......... terima kasih ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar