Bunyi Hp yang menunjukkan ada SMS membangunkan saya tepat pukul 9 pagi selasa kemarin. Padahal pada saat itu dalam mimpi saya sedang fight dengan seekor marlin 1000Lbs yang akhirnya gagal terangkat gara-gara harus bangun . "
"Hary,besok saya mau ke Cirata kalau mau bareng, nanti malam sekitar jam 19 ketemu di Cianjur. Besok kita mancing di gatget pake perahu." Demikian isi SMS yang ternyata dikirim oleh Mbah Toro (Pak Kusumantoro Aka: Torocbrm) Anggota FF asal Bogor yang walaupun tergolong sepuh semangatnya terus menyala (walaupun mungkin khusus hanya untuk masalah mancing hhehehee. Ampun Mbah....)
Sejujurnya saya bingung juga jawabnya karena saya ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan walaupun kebetulan pekerjaan itu mengharuskan saya berangkat ke Cianjur juga. Hahaha akhirnya saya hanya bisa jawab: "OK Mbah, kita ketemu dulu nanti malem, kalau masalah mancing saya belum tentu bisa ikut," jawab saya via SMS.
Singkat Kata, malam harinya saya ketemu Mbah Toro dan ternyata ajakan beliau diluar kemampuan saya untuk menolaknya (bilang aja pengen mancing juga ).
Akhirnya kita sepakat untuk berangkat ke Jangari (Cirata) malam ini juga, walaupun saya harus mampir dulu ke rumah seorang rekan untuk pinjam joran beserta perlengkapannya. Lha dari Bandung saya gak bawa apa-apa.
Sejujurnya saya bingung juga jawabnya karena saya ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan walaupun kebetulan pekerjaan itu mengharuskan saya berangkat ke Cianjur juga. Hahaha akhirnya saya hanya bisa jawab: "OK Mbah, kita ketemu dulu nanti malem, kalau masalah mancing saya belum tentu bisa ikut," jawab saya via SMS.
Singkat Kata, malam harinya saya ketemu Mbah Toro dan ternyata ajakan beliau diluar kemampuan saya untuk menolaknya (bilang aja pengen mancing juga ).
Akhirnya kita sepakat untuk berangkat ke Jangari (Cirata) malam ini juga, walaupun saya harus mampir dulu ke rumah seorang rekan untuk pinjam joran beserta perlengkapannya. Lha dari Bandung saya gak bawa apa-apa.
Sampai di Jangari kita langsung menuju rumah Kapten Bargas (kapal disini yang berukuran 2 x 6m dengan mesin tempel disebut bargas) Kang Edi yang sudah jadi langganan tetap si Mbah.Malam itu juga kita diantar ke Kolam terapungnya Mbah Toro yang lokasinya paling hanya 20 meter dari tempat naik bargas. Setelah ngalor ngidul beberapa saat langsung istirahat tidur. "Supaya besok kita siap fight dengan bawal," ujar Mbah Toro.
Akhirnya Subuh sekitar pukul empat kita dijemput Kang Edi dengan bargasnya dan langsung menuju spot pertama menempuh sekitar 1 jam lebih perjalanan. Sesampainya di spot gadget pertama, hari masih gelap, langsung saja saya turunkan joran pinjaman dengan geleng (campuran pelet dan kue bolu) sebagai umpan. Belum sampai sepuluh detik ujung joran bergetar hebat dan ketika saya gentak, STRIKE..... Hanya butuh hitungan detik untuk mengangkat bawal ukuran lima jarian keluar dari Air. Mbah Toro tertawa dan langsung mengeluarkan arsenalnya karena tidak mau ketinggalan. Bahkan Mbah Toro pun langsung Strike walapun sayang sang Bawal langsung saja membelitkan tali pancing diantara batang-batang gadget dan berhasil kabur meninggalkan Mbah Toro yang hanya bisa ngomel-ngomel akibat belum apa apa udah kehilangan buruannya. hahaha. Kembali ke saya, kali kedua melempar umpan kembali dalam hitungan detik strike bawal dengan ukuran yang tidak jauh berbeda.Demikian terus menerus selama hampir dua puluh menit saya, Mbah Toro dan Kang Edi bergantian mengangkat bawal.
Akhirnya Subuh sekitar pukul empat kita dijemput Kang Edi dengan bargasnya dan langsung menuju spot pertama menempuh sekitar 1 jam lebih perjalanan. Sesampainya di spot gadget pertama, hari masih gelap, langsung saja saya turunkan joran pinjaman dengan geleng (campuran pelet dan kue bolu) sebagai umpan. Belum sampai sepuluh detik ujung joran bergetar hebat dan ketika saya gentak, STRIKE..... Hanya butuh hitungan detik untuk mengangkat bawal ukuran lima jarian keluar dari Air. Mbah Toro tertawa dan langsung mengeluarkan arsenalnya karena tidak mau ketinggalan. Bahkan Mbah Toro pun langsung Strike walapun sayang sang Bawal langsung saja membelitkan tali pancing diantara batang-batang gadget dan berhasil kabur meninggalkan Mbah Toro yang hanya bisa ngomel-ngomel akibat belum apa apa udah kehilangan buruannya. hahaha. Kembali ke saya, kali kedua melempar umpan kembali dalam hitungan detik strike bawal dengan ukuran yang tidak jauh berbeda.Demikian terus menerus selama hampir dua puluh menit saya, Mbah Toro dan Kang Edi bergantian mengangkat bawal.
Sangat menyenangkan. Bisa dibayangkan saat semburat jingga sang matahari baru muncul dari ufuk timur kami bertiga sudah mengempaskan puluhan ekor bawal. bahkan saya berhasil mengangkat bawal dengan berat hampir setengah kilo, berat yang cukup lumayan untuk bawal yang hidup di perairan liar. Ketika matahari sudah seutuhnya menampakkan diri baru kami memutuskan untuk pindah ke spot yang kedua.
Di Spot yang kedua kami berhasil menaikan beberapa ekor bawal. Namun sangat disayangkan khusus Mbah Torotidak berhasil mendapatkan seekor bawal di spot kedua ini. Makanya belum lama kami di spot kedua ini Mbah Torolangsung memerintahkan Kang Edi pindah mencari Spot yang Baru. (Maklum gak kuat ngeliat anak muda dapet terus jadi aja melakukan sabotase...hahahahaha its a joke Mbah.)
Demikian kami terus menerus pindah dari satu spot ke spot lainnya dan perolehan bawal kami terus bertambah, walaupun tidak di semua spot kami berhasil menaikkan bawal. Yang jadi keanehan ternyata perolehan saya di spot kedua menjadi perolehan saya yang terakhir buat saya. Di spot-spot berikutnya saya sama sekali tidak mendapatkan bawal. Bahkan ketika saya memutuskan untuk mengganti umpan dengan cacing malah golsom dua jarian yang banyak menyerang. Terpaksa deh saya hanya bisa menikmati si Mbah dan Kang Edi bergantian ngangkat bawal. Kacau deh. Jujur aja saya Curiga si Mbah mulai merapalkan ajian untuk membuat saya boncos. hahahaha bener gak ya dugaan saya? .
Sayangnya, bawal ternyata termasuk ikan dengan jadwal makan yang teratur. Mulai pukul 10 s.d. seterusnya jarang sekali terjadi strike bawal walaupun kami sudah berkali-kali pindah spot. Yang ada hanya ikan-kan golsom 2 jarian yang menyerang. Sekitar pukul satu siang kami putuskan untuk mengakhiri perburuan bawal kami. Sementara saya bertahan di Cianjur untuk masalah pekerjaan, Mbah Toro langsung "terbang" menuju Bogor pulang. Terimakasih MbahToro, its very very nice trip. Apalagi ini adalah pengalaman baru buat saya. Setelah saya pelajari dan rasakan sendiri, tenyata tantangan dalam berburu bawal di Cirata adalah bagaimana mencari spot yang pas. Meminjam istilah Kapten Bargas Kang Edi kita harus bisa mencari "meja makan" sang bawal diantara rerimbunan gadget yang tersebar. Kalau dapat spot yang pas bisa dipastikan kita akan strike terus menerus di spot tersebut. Jadi bisa disebut tekhnik mancing bawal di gadget ini belum banyak diaplikasikan oleh pemancing lain yang biasa mengunjungi Waduk Cirata. Bahkan bisa dibilang, Mbah Toro adalah pelopor cara mancing gadget ini. Kebanyakan pemancing masih memilih untuk mancing di atas rakit yang banyak disewakan atau numpang mancing di pinggiran kolam terapung. Namun apabila ada rekan-rekan yang berencana mancing gadget ini, saya sarankan untuk mempersiapkan timah dan mata kail cukup banyak. Maklum saja karena mancing di antara gadget ini seringkali membuat mata kail kita nyangkut dan berakhir putus. Selain itu joran yang dipake cukup joran fiber murmer saja dengan ukuran tidak lebih dari satu meter. Gunakan line ukuran maksimal 10lbs dan kail carbon ukuran 9 atau 10. Berdasarkan pengalaman Mbah Torojam strike bawal ini berkisar antara subuh s.d. jam 9 pagi setelah itu bawal biasanya malas makan. Bawal akan kembali makan sekitar pukul 3 atau 4 sore s.d. dengan pukul 8 malam. Walaupun target mancing gadget ini umumnya adalah bawal, namun Masih berdasarkan pengalaman Mbah Toro, sering juga nila ukuran Babon atau ikan mas berhasil dinaikan. Jadi memang mancing Gadget ini memiliki kelebihan sendiri dibanding tekhnik-tekhnik mancing lain yang umum di Waduk Cirata.
Its not the end of the Story (hahaha)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar